Editors Choice

3/recent/post-list

LAGI PULA HIDUP AKAN BERAKHIR


Di sebuah kafe kecil yang terletak di sudut kota, Satria duduk sendirian. Secangkir kopi dingin di depannya, setengah tak tersentuh. Ia menatap kosong keluar jendela, memandangi hujan yang turun perlahan, seolah ikut merasai kesedihannya.

Hidupnya, belakangan ini, terasa kosong. Semua yang dia coba bangun, runtuh begitu saja. Kerja yang tidak memberi kepuasan, hubungan yang kandas begitu saja, dan perasaan yang terus tenggelam dalam kebingungan. Terlalu banyak kegagalan yang terjadi, hingga ia mulai mempertanyakan makna dari segala yang dilakukan.

Setahun yang lalu, hidupnya terasa lebih cerah. Dia bertemu dengan Nia, seorang wanita dengan senyuman yang mampu menenangkan badai dalam hatinya. Mereka bertemu di sebuah acara seminar di kampus. Awalnya, Nia hanya teman biasa, tapi tak lama kemudian, mereka mulai berbagi cerita tentang segala hal, tentang harapan, mimpi, dan ketakutan mereka.

Satria merasa ia menemukan seseorang yang bisa mengerti dan menerima dirinya apa adanya. Mereka berbicara tentang masa depan, dan meskipun tak semuanya bisa direncanakan, Satria yakin bahwa bersama Nia, dia bisa menghadapinya. Namun, seperti halnya hidup yang tak pernah bisa diprediksi, segalanya berubah.

Nia memutuskan untuk pergi. Alasan yang diberikan, sepertinya terlalu klise: "Aku butuh waktu untuk diriku sendiri." Satria tak bisa mengerti. Selama ini, dia merasa mereka saling melengkapi, tapi kenapa semuanya harus berakhir?

Sejak saat itu, Satria merasakan hampa yang tak bisa diisi oleh apa pun. Pekerjaannya yang monoton, rutinitas yang membosankan, dan dunia yang terasa begitu asing. Hidup terasa seperti sebuah jalan buntu, dan dia tak tahu harus ke mana lagi.

Pagi itu, saat hujan turun di luar, Satria teringat kembali pada Nia. Dia tahu, tidak ada yang bisa mengembalikan waktu, dan tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Kenyataan bahwa hidup mereka sudah berjalan di jalur yang berbeda, membuatnya semakin terperosok dalam keputusasaan.

Namun, ketika matanya teralih ke pintu kafe, seorang wanita masuk. Rambut panjangnya basah terkena hujan, dan senyumnya, meski lelah, tetap memancarkan kehangatan. Wanita itu, tanpa sadar, mengingatkan Satria pada Nia.

Wanita itu melihat Satria duduk sendirian dan, tanpa banyak kata, mendekat dan duduk di kursi yang kosong di depannya. Mereka saling menatap beberapa detik, sebelum wanita itu membuka pembicaraan.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya wanita itu dengan suara lembut, seolah sudah mengetahui jawaban yang akan diterimanya.

Satria hanya tersenyum pahit. "Hidup kadang memang bisa sangat... rumit," jawabnya, mencoba menutupi perasaan yang sebenarnya menghimpit dadanya.

Wanita itu mengangguk. "Tapi, kadang, kita lupa bahwa hidup ini bukan hanya tentang apa yang hilang. Kita sering terlalu fokus pada apa yang telah berlalu, padahal ada banyak hal baru yang menunggu untuk dijalani."

Satria terdiam. Kata-kata itu, meskipun sederhana, terasa seperti pelukan hangat yang menenangkan. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, dia merasa ada secercah harapan. Mungkin memang benar, hidup ini tak selalu tentang apa yang hilang. Ada banyak hal yang masih bisa ditemukan, meski terkadang, kita harus melalui hujan untuk melihat pelangi.

Mereka tidak berbicara lebih banyak lagi. Wanita itu tidak memaksakan diri untuk masuk lebih jauh ke dalam perasaan Satria. Namun, ada ketenangan yang datang begitu saja, seiring dengan percakapan singkat mereka.

Ketika wanita itu akhirnya bangkit untuk pergi, Satria merasa sebuah rasa ringan yang belum pernah dia rasakan dalam waktu lama. Dia menyadari, hidup tidak harus selalu sempurna. Kadang, ada momen-momen kecil yang bisa memberikan arti baru, meski dalam kesedihan sekalipun.

Dan mungkin, hidup ini, meskipun akan berakhir suatu hari nanti, tidak perlu begitu gelap. Ada banyak alasan untuk terus melangkah, bahkan ketika segala sesuatunya tampak hilang. Karena terkadang, kita hanya perlu sedikit waktu untuk menemukan cahaya di antara awan gelap.

Post a Comment

0 Comments